Now or never, no guts no glory.
Seorang teman wanita pernah bertanya pada saya di awal tahun 2016: “Bang, apa visi hidupmu bang?” Saat itu saya tidak siap menjawabnya karena memang tidak memiliki jawaban yang pasti.
Berjalan dengan waktu saya bergaul dengan dia karena tergugah dengan gayanya yang ceplas-ceplos dan sederhana. Namun hal paling penting yang saya alami adalah, lewat dia saya seperti diajak merenung agar kembali berjalan ‘on the track’.
Leading with Example
Tahun 2016 bukanlah masa yang indah, setidaknya bagi orang luar yang melihat perjalanan hidup saya. Di tahun itu saya putuskan berhenti dari pekerjaan kantor dan hobi olah raga basket demi fokus pada latihan rutin rohani dan jasmani demi mempercepat program pemulihan pasca stroke (lumpuh separuh badan bagian kiri). Di pertengahan tahun 2016 saya mulai menjual kue bersama keluarga di depan sekolah SD swasta di dekat rumah. Sepanjang tahun 2016 sayapun belajar menghargai setiap waktu yang berjalan dan apa arti kesabaran. Ada kegagalan lain yang sempat menyesakkan tapi pada akhirnya saya belajar apa arti sukses yang sejati dalam makna yang lebih luas.
Kembali pada pertanyaan visi hidup, saya teringat di suatu malam pada akhir 2016 atau awal 2017. Malam itu saya berkhayal tentang bagaimana rasanya jadi seorang guru SD dan terlihat awet muda di antara mimik murid-murid yang unyu dan lucu itu. Selama 1 semester berjualan dan berteman dengan anak-anak SD pelanggan kuliner kami, saya mendapati ada beberapa anak yang cerdas dibalik tingkah polah konyol dan banyolan mereka. Namun sebagian besar dari mereka tidak menyadari potensi tersebut. Arti sebuah cita-cita tidak mereka miliki, menyedihkan.
Beberapa siswa-siswi SD tiranus yang pelanggan setia, teman bernyanyi, bercanda, dan selfie.
Roda hidup berputar cepat dan visi hidup menjadi pengusaha menelusup perlahan tapi pasti. Saya termotivasi untuk memiliki tingkat kehidupan ekonomi yang lebih baik sambil menyumbang pada sesama dan sekitar. Tujuan yang mulia, mencapaiya juga tidak mudah dengan kondisi fisik yang belum ideal 120%.
Tahun 2017 dimulai dengan sangat lambat sampai akhirnya awal Maret (1 tahun setelah resign dari kantor) saya mendapatkan pekerjaan. Dibarengi dengan merintis bisnis sendiri, perlahan tapi pasti fisikpun semakin kuat karena latihan rutin di pagi hari. Sempat tercetus 1 kali untuk meminta pekerjaan yang baru di dalam Mezbah Keluarga kami, tapi hal itupun terlupa seiring berjalannya waktu.
Pembacaan Alkitab rutin harianlah yang membuat saya tetap waras. Hal itu dilakukan sejak tahun 2013 ketika ‘anak yang hilang’ sedang mencari jalan untuk pulang. Tibalah Juni 2017 yang merupakan titik naik dalam kehidupan saya. Jawaban dari doa yang terlupakan dan produk bisnis yang lebih visible akhirnya muncul. Juni akhir 2017 saya diterima sebagai guru SD melalui proses yang awalnya kurang antusias untuk diikuti. Bahkan saat ditawari untuk tinggal di mess (wisma) sekolah dan mereka tidak menawar turun gaji yang diminta sempat membuat saya tercengang.
Entahlah, begitu banyak rencana disiapkan saat pintu-pintu ini sedang dibuka. Namun satu hal yang saya percaya, DIA peduli untuk siapapun orang yang mau belajar menghidupi sebuah visi. Seperti anak panah yang harus ditarik ke belakang sebelum ia melesat, harapan saya sampai tahun 2017 berakhir adalah dapat memberikan dasar pengajaran yang kuat di sekolah serta melaksanakan tata kelola usaha yang lebih rapih. Sambil berjalan semakin kuat, saya yakin IA akan menunjukkan parter yang tepat dalam menghidupi visi hidup bersama.
Adalah dilema memang saat kita berusaha mencapai visi, waktu terasa berlalu cepat apalagi di saat yang sama sumber daya yang tersedia hampir habis. Yang saya tahu, secara pribadi bidang pendidikan dan misi begitu kuat memanggil saya.