Daily Experiences, Tahukah Anda?, Uncategorized

​Mata Lelaki.

Yang Muda VS Yang Dewasa.

Sore menjelang malam saya dan teman-teman satu kost terlibat perbincangan seputar lelaki, pria dengan fantasinya. Menurut teman-teman saya, lawan jenis kadang menyimpan rapat sebuah hasrat namun beberapa dari mereka tidak pemalu dan mengumbar pesona lewat geliat atau busana tertentu. Pada akhirnya kami sepakat bahwa hal-hal yang tabu baik untuk dibincangkan lewat kerangka berpikir yang sehat. Jika coba dipendam, hal itu akan mencari ‘jalan keluar’ lewat berbagai usaha yang kadang konyol (childish).

Secara pribadi, aspek kehidupan seputar hasrat dan cinta serta beragam sisi yang menyertainya adalah indah, walau dalam beberapa kondisi khusus diperlukan komunikasi terbatas.

Hal menggelitik yang menggulirkan tulisan ini adalah kejadian minggu siang di lantai 4 food court, mall seputar Kuningan. Seorang pria muda baru saja datang. Ia celingak-celinguk, terlihat bingung mencari tempat duduk. Bukannya tidak ramah, adapun saya sedang terlibat pembicaraan serius dan kebetulan hanya kenal sekilas dengannya. Untuk seketika dia sempat berdiri tidak jauh dari meja kami. Sesekali matanya melirik pojokan meja dekat dinding kaca ruangan. Di sana duduk seorang wanita oriental yang mengenakan baju longgar tanpa lengan. Setau saya, pria ini sudah memiliki pasangan, tapi sepertinya sedang lupa memakai ‘kaca mata kuda’ saat sang gadis tidak terlihat dalam area radarnya. Sayapun sekilas memperhatikan wanita muda itu sekitar 20 menit yang lalu. Saat itu saya dan rekan baru memulai pembicaraan serius seputar isu sosial. Wanita muda tadi tiba-tiba datang dan memilih duduk sendirian, tidak jauh dari kami. Ia lantas mojok terlihat sibuk dengan laptopnya.

Setelah perbincangan seputar lelaki malam Rabu, entah mengapa peristiwa 3 minggu lalu terlintas kembali…

Kelemahan dan kekuatan lelaki pertama-tama mungkin memang di matanya. Pria dianugerahi cara berpikir logis lewat apa yang dilihatnya langsung. Namun petaka yang samapun berlaku jika mata tidak dijaga. Untuk tingkat lanjut beberapa pria dianugerahi ‘vision’, kemampuan melihat masa depan dan hal-hal besar.

Alkisah seorang budak di Mesir disuguhi pemandangan indah nyonya dari tuannya, mungkin hampir setiap hari. Pada suatu kesempatan, di ruangan itu hanya ada mereka berdua, tidak ada halangan untuk berbuat bebas. Lagipula sang nyonyalah yang datang untuk menawarkan diri. Hebatnya, sesaat kemudian sang budak memilih untuk kabur. Karena sang nyonya kesal telah ‘ditolak’ permintaannya, si budak difitnah melakukan pelecehan fisik. Kehormatan moral sebenarnya akan terlihat dari sikap dan keputusan di saat yang kritis. Pada banyak cerita hidup hal itu melampaui status sosial, strata pendidikan, dan kekayaan.

Perbincangan kami tentang mentalitas pria dan kesetiaannya memang ambigu. Kaum lelaki dilahirkan alamiah dengan potensi besar untuk menyalurkan hasrat dalam sekejap. Manusia pertama bernama Adam di Taman Eden secara tersirat adalah contoh yang gamblang. Dilihatnya buah di tengah taman itu sedap & tergigit. Ia lantas menghabiskan sisanya tanpa banyak komentar. Saat diminta tanggungjawab oleh Sang Empunya Pohon Buah Terlarang ia lantas melempar kesalahan penuh pada sang penggigit buah pertama.

Godly man.. pursueing Godly principal

Mungkin benar seloroh teman akademisi bahwa bahwa kebanyakan Adam dengan matanya itu ‘lambat dewasa’. Ia lupa bahwa semua keindahan yang dilihatnya tidak selamanya mulus terawat (temporary, need handling with care). Semua tindakan fisik menuntut tanggungjawab moral, semua hal fisik ada masa kadaluarsanya juga.

Tulisan ini bukan untuk menghakimi siapapun, sayapun bercermin sembari menulisnya. Namun sejujurnya sebagai pria utuh, siapapun lelaki perlu menginsyafi dirinya dalam melewati tahapan jiwa muda untuk kemudian menjadi dewasa. Sebelum kedewasaan itu menjadi penuh maka ia akan dikendalikan oleh mata jasmani yang hakekatnya selalu menuntut pemuasan segera. Muncul kemudian istilah puber kedua dan ketiga sebagai analogi ‘pembenaran’. Tidak heran banyak dari kami yang diam-diam tergelincir jatuh bahkan untuk pribadi yang berhikmat tinggi seperti raja Salomo (Sulaiman) sekalipun.

Standard