Divine Toughts

​David – Intimacy, the Power of Leadership (1)

Part 1 – Recieve the Calling, a new Life Direction.

Inspirasi tulisan ini datang di pagi hari, saat mandi dan merenungkan apa kunci keberhasilan seorang Daud menjadi raja yang diakui oleh TUHAN dan manusia (1 Sam 13:14; KisPR 13:22; bangsa Israel memakai lambang bintang Daud sampai sekarang).

Khusus si gembala kambing-domba ini, ia mendapat panggilan (dipilih TUHAN) menjadi raja Israel untuk menggantikan Saul, raja pertama Israel (1Sam 8-10). Adapun Saul, secara fisik paling memenuhi syarat menjadi seorang raja (1Sam 10:22-24). Proses hidup Daud untuk menjadi pemimpin bukanlah hal mudah dan membutuhkan pengorbanan yang besar. Statusnya sebagai buronan negara, pelarian selama lebih dari 1 dekade merupakan persiapan tersendiri sebelum ia siap menerima kemuliaan yang sangat besar. Puncak kejayaan Israel atas tanah Kanaan dicapai olehnya. Melalui hidupnya, bangkit pula banyak pahlawan lain (triwira Daud dan pasukan elit beranggota 30 orang di bawah pimpinan mereka). Raja Daud juga membuat Tabernakel sederhana/Kemah bagi Tabut TUHAN, serta memaklumkan pujian & penyembahan bagiNya, tak putus 24 jam dalam 7 hari di sana (inisiatif pribadi, bukan perintah TUHAN)  setelah ia memerintah penuh atas suku Yehuda dan Israel.

Daud bin Isai adalah gambaran bahwa setiap orang berpotensi untuk menjadi pemimpin. Bayangkan, anak bungsu dari 8 bersaudara dengan tubuh paling kecil dan pekerjaan paling remeh – gembala domba. Kemungkinan ia tidak berasal dari keluarga kaya, berbeda dengan Saul yang memiliki banyak ternak dan seorang bujang (pembantu).

Entah apa yang DIA lihat dari seorang remaja di kota kecil Betlehem yang setiap harinya berkutat dengan 2-3 ekor domba serta gemar bermain kecapi. Kedatangan seorang nabi Samuelpun kurang menarik minatnya, sampai akhirnya ia harus dipanggil datang untuk menerima pengurapan raja (1Sam 16:11-13). Atau mungkin ia tidak terlalu dekat dan diperhitungkan Isai, sang ayah? Ada bagian mazmur (gubahan Daud) yang menyinggung tentang dilupakan orang tuanya, namun itu belum menjadi kepastian dan bukan menjadi halangan di mata TUHAN.

Sebuah kesadaran muncul sejak ia menerima panggilan dan pengurapan. Ya, ia mulai menggali Torah (kitab Musa) dan menaikkan lagu-lagu yang baru (psalm) sehubungan tujuan hidupnya yang besar itu (speak with a different languange according to a new life purpose). Untuk abang-abang Daud, ia tetap dianggap si bungsu penggembala domba (1Sam 17:28-29). Mereka tidak mengakui pengalaman dan pelatihan Daud di padang yang kadang bergelut dengan singa ataupun beruang demi mempertahankan nyawa ‘beberapa teman kesayangannya’ itu (1Sam 17:34-37).

Daud remaja lebih terkenal dengan motorik halus/seni musik. Ia berkesempatan melihat secuil gambaran masa depannya di istana raja karena talenta bermusik rohaninya (1Sam 16:14-23). Hamba raja Saul mengenali Daud lebih daripada ayah dan saudara lelakinya dengan memberikan gambaran (laporan intelijen) yang tepat (1Sam 18:16).

Sampai waktu pertempuran dengan Goliat, hanya hamba Saul dan nabi Samuel yang menyadari keberadaan Daud. Pertempuran dengan Goliat adalah ‘tes naik kelas’ karena lawannya itu besar, memakai jubah pelindung, dan penuh intimidasi – berbeda dengan binatang buas yang jadi lawan-lawannya selama ini. Literatur menggambarkan bahwa Goliat dari Filistin, raksasa itu adalah seorang pendekar yang terbiasa berperang/terlatih/champion (1Sam 17:4, 23).

Daud mengetahui dengan pasti segala resiko menghadapi Goliat, namun sifat berani dan percayanya pada TUHAN telah membuat ia mengajukan diri sebagai satu-satunya relawan yang tampil untuk membela kehormatan bangsanya, sedangkan raja Saul memilih untuk bersembunyi menunggu kabar di kemahya (1 Samuel 17).

Lesson Learned:

1. Receive the Calling.

2. Renew mindset & attitude.

3. Raise with all talents by develop them.

Standard

Leave a comment